EMOSI DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
Hikmah Allah SWT menuntut agar manusia, demikian pula hewan, membekali diri dengan berbagai emosi
yang juga akan membantunya dalam kelangsungan kehidupannya.
Emosi akan mengarahkan perilaku seperti halnya motif.
Dalam al-Qur’an dikemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai emosi yang
dirasakan manusia, seperti takut dan marah.
A. Takut
Emosi takut termasuk emosi yang penting dalam
kehidupan manusia, emosi takut mempunyai beberapa manfaat, diantaranya:
1. Takut
akan membantu manusia agar waspada terhadap segala bahaya yang mengancam.
2. Membantu
manusia dalam menjaga kelangsungan hidupnya.
3. Mendorong
orang mu’min agar menjaga diri dari azab Allah SWT. Pada kehidupan
akhirat.
4. Mendorong
orang Mu’min agar tidak terjerumus kedalam kemaksiatan, berpegang pada
ketaqwaan, teratur dalam beribadah kepada Allah dan mengerjakan amla-amal
yang diridhoiNya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Emosi takut adalah suatu kondisi berupa gangguan yang
tajam yang dapat menimpa semua individu. Al-qur’an menggambarkan ganguan
tersebut dengan keguncangan hebat yang mengguncang manusia dengan hebat
sehingga menghilangkan kemampuan berpikir dan pengendalian diri.
Apabila keadaan takut sangat hebat dan tiba-tiba
manusia akan semaput selama jangka waktu tertentu dan ia tidak dapat bergerak
atau berpikir. Al-qur’an telah mengisyaratkan kondisi semaput yang disebabkan
oleh takut yang hebat dan tiba-tiba dalam penggambaran hari kiamat.
Manakala bahaya yang hebat meliputi manusia dan
perasaan takut mengasainya, segenap perhatiannya terkonsentrasi pada bahaya itu
dan upaya untuk menyelamatkan diri dari bahaya tersebut. Perhatian manusia itu
tidak akan berpaling kepada hal lain.
Emosi takut akan diiringi banyak perubahan pada
fungsi-fungsi fisiologis yang tersumbat, roman muka, nada suara, dan kondisi
fisik.
Biasanya manusia merespon keadaan bahaya yang
mengancamnya dan emosi takut dengan bergerak menjauh dan lari dari bahaya
tersebut. Al-Qur’an telah mendeskripsikan respon manusia berupa lari dari
berbagai keadaan bahaya yang mengancam serta bangkitnya takut. Hal
tersebut diuangkapkan saat menggambarkan orang-orang kafir dan kaum terdahulu
yang telah ditimpa azab Allah lantaran mereka mendutastakan nabi-nabi mereka dan
bersikukuh dalam kekafiran. Akibatnya, mereka diliputi kepanikan seraa bergegas
lari menjauh dari azab tersebut.
al-Qur’an juga mendeskripsikan ketakutan kaum
munafikin dan keinginan mereka untuk lari dari Mukminin.
Takut karena Allah merupakan takut yang penting dalam
kehidupan orang mukmin. Sebab, hal itu senantiasa mendorong orang mukmin pada
ketaqwaan, mencari keridhoan-Nya, mengikuti manhajNya, meninggalkan segala
laragan-Nya dan mengerjakan segala yang diperintah-Nya.
Takut kepada Allah dipandang sebagai salah satu
pilar dalam keimanan kepadaNya dan sebagai pondasi yang penting dalam
pembentukan kepribadian seorang Mukmin.
Macam-macam takut yang banyak tersebar dikalangan
manusia ialah
1. Takut mati.
Takut mati tampak jelas terlihat dalam situasi perang,
khususnya dikalangan tentara yang diutus ke medan perang. Dalam al-qur’an
diungkapakan gambaran takut kaum munafikin terhadap peperangan.
Keimanan yang benar kepada Alah SWT, akan
menghilangkan perasaan takut mati. Sebab, seorang mukmin tahu dengan yakin
bahwakematian akan mengantarkan kepada kehidupan akhirat yang langgeng saat ia
akan dianugrahi rahmat dan keridhoan Allah SWT. Jika seorang Mukmin merasa
takut mati, sesungguhnya ia hanyalah takut tidak mendapatkan ampunan Allah SWT,
serta tidak meraih rahmat dan keridhoan-Nya.
Tidak diragukan lagi bahwa takut mati akan terjadi
sangat hebat pada orang-orangg durhaka yang takut ditimpa kematian sebelum
mereka bertobat. Dengan demikian,takut mati pada hakikatnya hanyalah kembali
pad terhalangnya taubat. Dalam kaitan itu, taku mati mempunyai korelasi
yang erat dengan takut kepada Allah SWT.
Orang-orang atheis yang ti dak percaya pada
kebangkitan dalam kehidupan akhirat, mereka pun takut mati. Hal itu didasai
keyakinan mereka bahwa kematian pasti menimpa, membinasakan dan meniadakan diri
mereka. Oleh karena itu, mereka takut kepada kejadian yang akna menjadi akhir
mereka. Sebagian mereka adakalanya takut karena tidak mengetahui tempat kembali
saat kematian mengantarkan mereka. Ketidaktahuan mereka perihal tempat kembali
yang akan menjai akhir merka pada hakikatnya adalah hal yang membuat mereka
merasakan ketakutan dan kengerian.
2. Takut miskin
Termasuk takut yang banyak menimpa manusia. Oleh
karena itu, manusia senantiasa berusaha dalam hidupnya mencari makan untuk
dirinya, istrinya, dan anak-anaknya. Hal itu juga dimaksudkan supaya ia dapat
mempersiapkan untuk diri dan keluarganya kehidupan yang bahagia dan
menentramkan. Umumnya, manusia akan merasakan banyak kepayahan, kepenatan dan
kesulitan dalam mencarirezeki. Boleh jadi, bahaya mengancam dirinya berkenaan
dengan rezkinya itu yang akan menimbulkan rasa takut dan khawatir.
Sebelum islam, bangsa Arab biasa membunuh anak-anak
mereka lantaran takut miskin. Kemudian al-Qur’an melarang kebiasaan itu serta
menjelaskan kepada mereka bahwa rezeki mreka dan rezeki anak-anak mereka ada
dalam kekuasaan Allah SWT.
Termasuk iman kepada Allah SWT, adalah mengilangkan
perasaan takut miskin. Seorang mukmin yang benar dalam keimanannya tahu persis
bahwa rezeki ada di tangan Allah SWT. Oleh sebab itu, tak ada alasan untuk
takut miskin.
3. Takut kepada orang
lain
Merupakan takut yang kerap terjadi dikalangan banyak
orang yang merasa takut dianiaya oleh orang-orang kuat, orang-orang yang
memilki pengaruh dn kekuasaan serta orang-orang kejam dan zalim. Seorang Mukmin
yang sungguh-sungguh dalam keimanannya tidak akan takut kepada manusia. Sebab,
ia tahu bahwa manusia tidak akan sanggup mencelakainya. Kecuali sesuai dengan ketentuan
Allah SWT terhadap dirinya. Hal ini sejalan dengan sabda beliau kepada Abdullah
bin Abbas, “..... Ketahuilah, sekiranya umat bersatu-padu untuk memberi
kemanfatan, niscaya mereka tidak akan dapat memberimuu kemanfaatan, kecuali
sesuatu yang telah ditetapkan Allah SWT kepadamu. Juga sekiranya mereka
bersatu-padu untuk mencelakaimu, niscaya mereka tidak akan sanggu mencelakaimu,
kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Alllah kepadamu.....” (al-Hadis).
Dengan demikian, rasa takut yang sesungguhnya dirasakan
oleh soerang Mukmin adalah takut kepada Allah SWT. Sebab, keimanannya tidak
akan membuatnya takut mati, takut miski, takut kepada manusia atau takut kepada
apapun yang ada di alam ini. Orang Mukmin hanya takut pada marah, murka dan
azab Allah SWT.
Takut kepada Allah SWT, sangatlah bermanfaat dalam
kehidupan seorang mukmin. Sebab, takut kepada Allah SWT akan membuatnya
menjauhi perbuatan maksiat, dan hal itu akan memeliharanya dari murka dan azab
Allah SWT. Takut kepada Allah SWT, juga akan mendorong orang Mukmin untuk
menunaikan segala ibadah dan mengerjakan berbagai amal shaleh untuk mengharap
keridhaan Allah SWT, pada akhirnya memunculkan perasaan tentram dalam diri,
sebab orang Mukmin akan diliputi perasaan harap akan ampunan dan
keridhaan Allah SWT.
B. Marah
Marah merupakan emosi penting yang akan melaksanakan
fungsi penting bagi manusia. Marah kan membantu manusia dalam menjaga dirinya.
Ketika manusia marah, kekuatannya bertambah dalam melakukan pekerjaan berat dan
keras yang memungkinkannya dapat mempertahankan diri
atau menguasai berbagai kendalan yang menghadangnya dalam mewujudkan
tujuan-tujuannya yang penting.
Al-Qur’an memuji penggunaan kekerasan terhadap kaum
kafir yang menghalangi penyebaran Islam. Kekerasan disini timbul karena marah
di jalan Allah dan dalam rangka menebarluaskan dakwah Islam.
Allah SWT menyuruh Nabi SAW dan orang-orang Mukmin
yang ada bersama beliau untuk memerangi kaum kafir dan bertindak tegas terhadap
mereka. Peprangan dan ketegasan timbul lantaran marah dalam rangka
menyebarluaskan dakwah Islam. Allah SWT berfirman :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, perangilah
orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui
kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang
bertaqwa.”
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan
orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah
Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.”
Manusia cenderung merespon emosi marah dengan
menghindari kendala-kendala yang menghalangi pemuasan motif atau
tujuan-tujuannya, baik kendala itu bersifat kepribadian, materi ataupun
syarat-syarat sosial. Namun, yang banyak terjadi adalah menyalurkan marah
kepada orang lain yang sesungguhnya bukan merupakan kendala yang menghalangi
tujuan-tujuan manusia, atau kepada orang lain yang bukan merupakan sebab yang
memicu emosi marah.
Kadang-kadang, marah manusia terjadi karena seseorang,
tetapi ia takut menunjukan marahnya karena sanksi yang akan diterimanya. Dalam
kondisi seperti ini, adakalanya marah dipindahkan serta disalurkan kepada orang
lain atau kepada benda-benda lain. Adakalanya marah ditujukan pada diri sendri
lalu ia melakukan beberapa perilaku agresif yang diarahkan kepada dirina Ketika
emosi marah menguasai manusia, kemampuannya untuk berfikir jernih tidak dapat
bekerja dengan baik. Terkadang,
muncul darinya beberapa tindakan
atau perkataan pemusuhan yang kemudian akan disesalinya manakala marahnya merea.
Ketika kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih
disaat marah mluap, dan secara umum saat emosi-emosi memuncak, pentinglah bagi
seseorang untuk menahan diri, dari melakukan tindakan yang dapat mendatangkan
penyesalan sesudahnya. Begitu pula ia mesti belajar mengendalikan marahnya.
Jelaslah hikmah pesan Allah SWT kepada manusia untuk
mengontrol dan menahan emosi marah.